Home > Senggang

Fenomena Joki Strava, Psikolog: Flexing Dalam Bentuk Laporan Hasil Olahraga, Tapi Palsu

Ditinjau dari analisis teoritik tentang dinamika psikologis, menggunakan jasa joki Strava sebenarnya adalah bentuk manipulasi yang mencerminkan mekanisme pertahanan diri
Catatan jarak tempuh lari di aplikasi Strava
Catatan jarak tempuh lari di aplikasi Strava

SEKITARSURABAYA.COM, SURABAYA -- Meningkatnya minat masyarakat dalam berolahraga seperti lari dan bersepeda, memunculkan fenomena baru, yakni joki Strava.

Strava merupakan aplikasi kebugaran. Joki Strava adalah istilah yang dilekatkan pada seseorang yang dibayar atau diminta untuk menjalankan aktivitas olahraga atas nama orang lain di aplikasi Strava.

Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Hudaniah mengata fenomena tersebut, di dunia pendidikan hampir sama dengan joki tugas.

"Fenomena ini mirip dengan praktik joki tugas di dunia pendidikan. Dimana seseorang membayar orang lain untuk menyelesaikan tugas atau ujian mereka," kata Hudaniah, Kamis (18/7/2024).

Jika ditinjau dari sisi psikologis, lanjut Hudaniah, salah satu dorongan utama di balik penggunaan aplikasi Strava adalah untuk mencapai sesuatu yang lebih baik setiap harinya, dan memberikan rasa puas tersendiri.

Namun, seringkali pencapaian ini dibandingkan dengan orang lain. Fenomena ini menunjukkan betapa kuatnya dorongan untuk diakui dan dihargai oleh orang lain.

Lebih lanjut, kata dia, media sosial memainkan peran penting dalam fenomena joki Strava. Dengan platform seperti Strava, setiap orang memiliki peluang untuk dilihat dan diapresiasi oleh komunitasnya. Terlebih, seorang individu pasti ingin memastikan bahwa dirinya terlihat berprestasi di mata orang lain.

"Setiap orang memiliki kebutuhan untuk need for exhibition, untuk diketahui kehadirannya dan mendapat pengakuan dari orang lain dengan harapan dapat diapresiasi positif. Ini menciptakan peluang pasar bagi penjoki yang mana transaksi joki Strava dapat terjadi," ujarnya.

Fenomena joki Strava juga menunjukkan bagaimana media sosial dapat menciptakan tekanan untuk memamerkan prestasi yang sebenarnya palsu.

"Ini semacam flexing dalam bentuk media laporan hasil olahraga. Sebatas angan-angan yang ingin diperlihatkan tapi palsu," ucapnya

Hudaniah menjelaskan, jika ditinjau dari analisis teoritik tentang dinamika psikologis, menggunakan jasa joki Strava sebenarnya adalah bentuk manipulasi yang mencerminkan mekanisme pertahanan diri.

Pada dasarnya, meraih prestasi dengan cara yang baik memang berat dan butuh perjuangan. Bagi sebagian orang, jalan pintas ini diambil karena malas atau karena memiliki uang lebih.

Namun, tindakan ini membawa konsekuensi psikologis yang serius. Individu yang memanipulasi hasil, kemungkinan besar mengalami peningkatan kecemasan dan kekhawatiran rahasianya akan diketahui orang lain. Pada akhirnya, dapat berdampak negatif pada kesehatan mentalnya.

"Tujuan utama olahraga adalah untuk kesehatan. Lakukanlah sebisa kita secara bertahap. Kita nggak harus membandingkan dengan orang yang starting point-nya di atas kita," kata dia.

× Image