Hati-Hati Gen Z, Paylater Bisa Menjebak Dalam Hutang Yang Tidak Perlu
SEKITARSURABAYA.COM, SURABAYA -- Layanan paylater di Indonesia tumbuh signifikan karena adopsi cepat teknologi baru dan kebiasaan berbelanja online, terutama di kalangan generasi muda.
Pakar ekonomi syariah Universitas Airlangga (Unair) Bayu Arie Fianto menjelaskan, popularitas paylater sangat tinggi di kalangan generasi muda, terutama generasi Z.
"Salah satu penyebab paylater sangat populer adalah karena menawarkan kemudahan mendapatkan kredit tanpa penilaian ketat," kata Bayu, Senin (29/7/2024).
Bayu menjelaskan, sebelumnya pengajuan kredit melalui bank memerlukan pengecekan sumber penghasilan dan kondisi bisnis. Namun saat ini, kredit untuk kebutuhan konsumtif kecil mudah masyarakat peroleh melalui paylater.
Bayu menekankan, generasi muda harus memahami kemampuan finansial mereka sebelum memutuskan menggunakan paylater. Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memahami literasi keuangan dengan baik.
"Ada dua sisi dampak dari pertumbuhan ini. Di satu sisi, kredit paylater dapat mendorong perekonomian. Di sisi lain, generasi muda yang kurang literasi finansial bisa terjebak dalam hutang yang tidak perlu," ujarnya.
Ia juga mengingatkan pentingnya regulasi untuk memastikan fintech paylater memenuhi syarat, transparan, dan menjaga keamanan data nasabah. Semua fintech harus mendaftar dan memenuhi syarat-syarat tertentu, termasuk transparansi dalam hal prosedur, bunga, margin bagi hasil, dan tata cara pembayaran.
Bayu melanjutkan, risiko utama bagi konsumen meliputi kegagalan bayar akibat perilaku konsumtif, beban bunga tinggi, dan potensi penyalahgunaan data pribadi. Menurut Bayu, perilaku konsumtif dan impulsif konsumen sering menyebabkan kegagalan bayar. Selain itu, bunga tinggi juga bisa membebani konsumen.
Selain itu, penyedia layanan juga menanggung berbagai risiko. Yaitu kegagalan bayar dari konsumen, manajemen likuiditas yang buruk, kurangnya transparansi yang bisa memicu keluhan, serta persaingan ketat di industri fintech.
"Penyedia layanan harus mengelola likuiditas mereka dengan baik untuk menghindari kebangkrutan," ucapnya.
"Prospek paylater menjanjikan. Namun membutuhkan inovasi pemerintah, fintech, dan akademisi untuk mengedukasi masyarakat tentang literasi keuangan," kata dia.