PBNU Ingin Kembalikan PKB ke Desain Awal, Gus Yahya: Kalau Mereka Menolak Tanggung Sendiri Risikonya
SEKITARSURABAYA.COM, SURABAYA -- Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menegaskan telah mendapatkan mandat untuk mengembalikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ke desain awal saat partai tersebut dibentuk di 1998. Mandat tersebut didapatkan dari Rais Aam PBNU KH Miftachul Ahyar dan para kiai NU.
Gus Yahya merasa, sejak 2006 terjadi banyak gejolak di tubuh PKB. Gejolak tersebut membuat PKB mengalami metamorfosis sedemikian rupa, sehingga semakin jauh dari desain awal saat didirikan pada 1998.
"Sehingga sekarang juga nyaris seperti tahun 1998 itu. Muncul desakan yang kuat dari para kiai itu bagaimana NU menyikapi ini," ujarnya di Pondok Pesantren Miftachussunnah, Jalan Kedung Tarukan nomor 100, Tambaksari, Surabaya, Selasa (13/8/2024).
Gus Yahya memastikan, NU bukannya ingin mencampuri keputusan politik atau operasi politik yang dilakukan PKB. Karena NU tidak lagi campur tangan dalam politik praktis. Tetapi, kata dia, NU ingin mengupayakan supaya ada perbaikan-perbaikan di tubuh PKB, agar kembali ke desain awal.
"Dalam hal ini ada hubungan khsus karena realitas PKB didirikan oleh NU. Dan realitas bahwa konstituen PKB itu sebagian besar adalah warga NU," ujarnya.
Saat ditanya apakah aspirasi dari para kiai tersebut termasuk mendorong untuk melakukan muktamar luar biasa, Gus Yahya menampiknya. Menurutnya, pelaksanaan muktamar adalah urusannya PKB.
"Ya kalau muktamar luar biasa urusannya PKB sendiri, bukan urusan PBNU," ucapnya.
Gus Yahya mengatakan, pihaknya hanya mengartikulasikan kepentingan-kepentingan dari para kiai dan warga NU yang menjadi konstituen PKB. "Kalau mereka menolak ya tanggung sendiri risiko politiknya," kata Gus Yahya.
Turut hadir dalam pertemuan Pengasuh Pesantren Lirboyo, KH Anwar Mansyur; kemudian Pengasuh Pesantren Sidogiri KH Nurhasan; Pengasuh Pesantren Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz; Wakil Rais Aam PBNU sekaligus Pengasuh Pesantren Al Amin Kediri KH Anwar Iskandar; Pengasuh Pesantren Zainul Hasan Genggong KH Mutawakil Alallah, serta sejumlah kiai lainnya yakni perwakilan kiai dari Indonesia timur dan Indonesia bagian barat.