Program Makan Bergizi Gratis Resmi Dimulai di Surabaya, Ini Pesan Ahli Gizi
SEKITARSURABAYA.COM, SURABAYA -- Program Makan Bergizi Gratis (MBG) secara resmi dimulai di Surabaya, Senin (13/1/2025). Pada tahap awal, ada lima sekolah yang dipilih menjalankan program tersebut.
Yakni KB-TM Yasporbi di Jalan Jemur Andayani III nomor 3, Wonocolo; SD Taquma di Jalan Jemur Ngawinan nomor 54, Jemur Wonosari, Wonocolo; SMPN 13 di Jalan Jemursari II, Jemur Wonosari, Wonocolo; SMAN 10 di Jalan Jemursari I nomor 28, Jemur Wonosari, Wonocolo; dan SMK PGRI 1 di Jalan Jemursari VIII nomor 120, Jemur Wonosari, Wonocolo.
Ahli gizi Universitas Airlangga (Unair), Lailatul Muniroh mengatakan, jika melihat dari program MBG yang telah dijalankan sebelumnya, menu yang disajikan di sejumlah sekolah masih belum sesuai dengan pedoman Isi Piringku yang dicanangkan Kemenkes.
"Kemarin saya dapat kiriman contoh menu MBG di Sidoarjo. Jika dilihat sekilas, nampak belum memenuhi Isi Piringku. Tidak ada sayuran, lauk meski dengan protein hewani pun, secara kuantitas terlalu sedikit, begitupun buahnya. Secara kuantitas belum memenuhi 40 persen total kalori sehari, dan secara kualitas pun masih belum sesuai," kata Lailatul.
Lailatul menjelaskan, prinsip makan bergizi ialah beragam, seimbang, aman, dan sesuai kebutuhan. Makan bergizi yang baik seharusnya memenuhi kebutuhan gizi secara seimbang.
"Baik karbohidrat, protein, lemak, dan terpenuhinya kebutuhan vitamin, mineral, serat, dan air," ujarnya.
Selain itu, lanjut Lailatul, masyarakat turut mengomentari terkait tidak adanya susu sebagai sumber kalsium dalam program MBG di beberapa daerah atau sekolah. Padahal, susu memiliki kandungan zat gizi yang banyak. Seperti kalsium, protein, vitamin D, vitamin A, zat besi, hingga magnesium.
Lailatul menyampaikan, susu sangat baik dan dibutuhkan dalam masa pertumbuhan anak. Menurutnya, jika tidak ada susu pada menu MBG di beberapa sekolah, dapat digantikan dengan makanan tinggi kalsium lainnya.
"Misalnya produk olahan susu seperti yogurt atau keju, sumber nabati yang kaya kalsium. Seperti tempe, sayuran hijau, ataupun sumber hewani seperti ikan teri, sarden, telur, dan daging ayam," ucapnya.
Lailatul menambahkan, program MBG bisa menjadi langkah kecil untuk kesejahteraan masyarakat. Namun, evaluasi dan upgrade program dari hari ini sangat diperlukan.
Lailatul pun berpendapat bahwa perlu adanya evaluasi dan perbaikan secara berkala. Karena fakta pelaksanaan di lapangan tentu jauh lebih sulit.
Evaluasi keberhasilan program MBG menurutnya dapat dilakukan dengan meliputi aspek input dan proses, output, dampak, hingga evaluasi keberlanjutan. Pada aspek yang pertama, perlu adanya evaluasi ketersediaan dan kualitas makanan, serta kepuasaan dari penerima program MBG.
"Mulai dari jumlah siswa yang mendapatkan makanan apakah sudah sesuai dengan sasaran, kandungan gizi pada menu berdasarkan pedoman Isi Piringku. Kemudian tingkat penerimaan siswa terhadap rasa dan variasi makanan, kepuasaan guru, siswa, dan orang tua, dan tingkat keluhan terkait dengan distribusi makanan," kata Lailatul.
Selain itu, menurutnya output dari program pun harus jadi perhatian. Mulai dari persentase makanan yang dimakan dan dibuang oleh siswa (plate waste analysis), serta jumlah siswa yang memakan semua komponen makanan yang ada di piring.
Pada segi dampak, Lailatul merangkum setidaknya ada tiga indikator yang perlu dievaluasi. Mulai dari status gizi pada anak, prestasi akademik dan kesehatan, serta kesadaran gizi.