Kasus PMK di Jatim Meningkat, Yuk Kenali Cara Penularan Dan Pencegahannya
SEKITARSURABAYA.COM, SURABAYA -- Kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak kembali merebak di Jawa Timur. Data terbaru mencatat ada 12.934 ekor sapi terjangkit sejak Desember 2024 hingga 13 Januari 2025.
Pakar virologi dan imunologi Universitas Airlangga (Unair) Prof Fedik Abdul Rantam menjelaskan, PMK merupakan penyakit yang menyerang binatang berkuku genap seperti kambing, sapi, dan domba. Penyakit ini disebabkan virus yang menyebabkan gejala seperti hewan mengeluarkan air liur dalam jumlah banyak hingga munculnya luka pada mulut.
Prof Fedik menyampaikan pola penyebaran virus PMK dapat terjadi melalui kontak tidak langsung dari hewan yang sakit ke hewan yang sehat. Interaksi ini dapat terjadi pada peternak yang merawat sapi sakit dan menularkannya ke sapi yang sehat.
"Pada musim hujan kotoran sapi rata rata akan terbawa hujan dan mengalir melalui aliran sungai sampai ke daerah lain. Air yang telah terkontaminasi ini dapat menjadi media bagi penyebaran PMK. Aktivitas jual beli ternak juga dapat meningkatkan risiko penyebaran infeksi ke berbagai daerah," kata Prof Fedik, Kamis (16/1/2025).
Pola kebersihan kandang yang kurang baik juga disebutnya dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penyebaran virus PMK. Selain itu, rendahnya tingkat vaksinasi ternak juga menyebabkan turunnya imunitas ternak, sehingga dapat meningkatkan risiko penyebaran virus karena imunitas ternak terhadap virus yang lemah.
Prof Fedik mengatakan, dalam penanganan virus PMK diperlukan sinergi antara masyarakat dan pemerintah. Perlu pemetaan daerah-daerah yang sudah masuk ke dalam zona merah PMK untuk dilakukan karantina wilayah terhadap ternak yang keluar masuk di daerah tersebut.
"Selain itu, vaksinasi pada ternak perlu digalakkan untuk meningkatkan imunitas terhadap PMK," ujarnya.
Prof Fedik melanjutkan, pencegahan PMK juga dapat dilakukan dengan pemberian desinfektan pada kandang untuk membunuh bibit penyakit yang ada di dalamnya. Selain itu perlu vaksin yang tepat yang mana isolat virus yang digunakan berasal dari Indonesia.
"Sehingga probabilitas keberhasilan vaksin dalam membentuk imunitas dapat meningkat," ucapnya.
Pj Gubernur Jatim Adhy Karyono menjelaskan, berdasarkan update data melalui iSIKHNAS atau system pelaporan real time berbasis android, total ternak yang terserang PMK di Jatim sejak 1 Desember 2024 hingga 13 Januari 2025 sebanyak 12.934 ekor sapi. Setara 0,4 persen dari total populasi sapi potong dan sapi perah di Jatim yang mencapai 3,3 juta ekor.
Dari total 12.934 ekor sapi yang terserang PMK, sebanyak 8.500 ekor (65 persen) dalam proses pengobatan, 3.473 ekor (26 persen) sudah sembuh, 689 ekor (5,4 persen) mati, dan 272 ekor (2,1 persen) dilakukan potong paksa.
Adhy juga memastikan, vaksin PMK akan terus disalurkan kepada peternak. Ketersediaan vaksin PMK pada Januari 2025 sebanyak 12.500 dosis dari bantuan Kementerian Pertanian. Melihat kebutuhan yang banyak, akhir Januari nanti, Pemerintah Provinsi Jatim akan mengalokasikan 320.000 dosis vaksin PMK.
"Yang sudah diberikan ke masyarakat 25.000 dosis vaksin. Bulan depan kita juga akan ada tambahan 1,4 juta dosis vaksin dari Kementan. Kekurangannya kita akan membeli lagi dan untuk peternakan yang sudah besar, semua sepakat akan dilakukan pengobatan," kata Adhy.