Konten Anomali Tung Tung Tung Sahur dan Ballerina Capuccina Berdampak Buruk terhadap Perkembangan Anak

SEKITARSURABAYA.COM, SURABAYA -- Psikolog Universitas Airlangga (Unair) Nur Ainy Fardana Nawangsari mengungkapkan dampak buruk dari konten Italian Brairot atau meme anomali yang tengah viral di media sosial.
Anomali merupakan penggabungan antara hewan dengan benda mati, hewan dengan manusia, dan manusia dengan benda mati.
Contoh dari konten ini adalah tung tung tung sahur dan ballerina capuccina. Konten berbentuk aneh ini menjadi sangat mudah diakses, termasuk oleh anak-anak.
Perempuan yang akrab disapa Neny itu mengatakan, konsumsi konten digital yang tidak bermakna dan berkualitas rendah dapat berdampak pada perkembangan anak.
"Konten jenis ini dianggap tidak mendidik, tetapi justru banyak anak-anak mengaksesnya," kata Neny, Selasa (3/6/2025).
Neny menjelaskan alasan di balik ketertarikan anak terhadap konten anomali. Ia menyebut masa kanak-kanak merupakan tahapan pengembangan imajinasi.
"Anak itu suka hal yang menarik secara visual karena mereka sedang dalam masa pengembangan imajinasi. Mereka suka karena sepadan dengan kebutuhan mereka untuk mengembangkan kemampuan imajinasi, kemampuan visual, dan rasa ingin tahu," ujarnya.
Berbeda dengan kartun, konten anomali sangat sering muncul di media sosial, sehingga anak dapat mengonsumsinya secara intens. Selain itu, bentuk aneh dari konten anomali tidak memberikan informasi yang realistis dan tidak mendidik.
"Hal ini dapat berdampak pada anak, baik dari segi psikologis, kognitif, maupun sosial," ucapnya.
Neny menjelaskan, pada tahap perkembangan, konten anomali dapat mengganggu proses pemahaman dan cara memahami realita. Konsumsi konten ini menyebabkan tidak berkembangnya kemampuan berpikir realistis dengan situasi sekitar.
"Konten tersebut juga dapat menghambat kemampuan penalaran anak," kata Neny.
Neny menekankan, ketika anak berada pada tahap mengembangkan imajinasi, mereka harus belajar hal-hal yang bersifat konkret operasional untuk mengenali dunia nyata sekitarnya.
"Kalau yang mereka dapatkan adalah konten yang tidak mendidik, tentu saja akan mengganggu proses pemahaman dan proses kognisinya," ujar Neny.
Secara psikologis, konsumsi konten anomali juga dapat menyebabkan gangguan serius pada anak. Anak yang terpapar konten ini secara intensif dan dengan frekuensi tinggi dapat mengalami kecanduan.
"Akibatnya, anak mengalami kondisi susah fokus dan daya ingatnya terganggu. Kondisi ini berdampak secara fisik karena mengakibatkan gangguan tidur, mata lelah, dan nyeri leher," ucapnya.
Kondisi kecanduan juga berpengaruh terhadap kehidupan sosial anak karena berkurangnya interaksi nyata. Neny memberikan rekomendasi para orang tua untuk mencegah dampak konsumsi konten anomali. Menurutnya, perlu kesadaran kritis terhadap tontonan yang anak konsumsi di dunia maya.
"Untuk para orang tua, batasi screen time anak, sehingga banyak menghabiskan waktu dengan kehidupan nyata dan relasi sosial. Kemudian, dampingi dan pilihkan konten berkualitas dan berikan pemahaman terhadap anak mengenai konten yang baik," ucap Neny.