SEKITARSURABAYA.COM, SURABAYA -- Clariskin Clinic Surabaya memperkenalkan pendekatan baru dalam dunia estetik bertajuk facial harmony, yaitu perpaduan antara sains dan seni yang menekankan keseimbangan dan proporsi wajah agar terlihat natural.

Pendekatan ini diperkenalkan oleh dr. Junivan Lindra, dokter estetika yang dikenal luas sebagai “Bapak Benang Indonesia” dalam acara BeYouVerse 2025 yang berlangsung di Pakuwon Mall Surabaya, Sabtu (2/8/2025).

Menurut dr. Junivan, konsep kecantikan yang ideal bukan sekadar soal simetri sempurna, melainkan mencakup harmoni bentuk wajah yang disesuaikan dengan karakter unik tiap individu.

"Cantik itu bukan seragam. Harus sesuai struktur wajah masing-masing. Ada ilmunya, ada hitungannya," ujarnya dalam talkshow bertajuk 'Wajah Indah Bukan Sekadar Glowing, Tapi Tentang Proporsi.'

Clariskin Clinic menerapkan metode personalisasi melalui tahapan kenali – bentuk – sempurnakan, dengan kombinasi treatment seperti booster, contouring, dan anti-aging. Semua dilakukan berdasarkan hasil mapping dan analisis mendalam wajah pasien.

“Banyak wanita ingin tampil cantik dan muda, tapi sering bingung harus mulai dari mana. Tidak semua bisa selesai dengan skincare saja,” kata dr. Junivan.

Ia juga menegaskan pentingnya pemahaman matematika wajah agar hasil perawatan tetap terlihat alami, bukan berlebihan. Ia mencontohkan kesalahan umum seperti memperpanjang dagu agar terlihat lebih tirus, padahal belum tentu cocok secara struktur wajah.

“Kadang yang terlihat bagus di satu orang bisa jadi aneh di orang lain. Semua harus dianalisis secara personal,” ucapnya.

Acara tersebut juga dihadiri dua tamu spesial: Cynthia Kurniawan (Miss Global 2023) dan Jennifer Calista (Miss Earth 2024). Keduanya membagikan pengalaman melakukan treatment di Clariskin yang menurut mereka memberikan hasil nyata namun tetap mempertahankan keaslian wajah.

Dengan konsep facial harmony, Clariskin Clinic berkomitmen menghadirkan solusi perawatan estetik yang tidak hanya mempercantik, tetapi juga menjaga keaslian dan karakter setiap wajah.

“Semua orang itu unik. Tidak bisa semua diberi treatment yang sama. Ada yang lebih cocok difiller, ada yang dibotox. Tidak ada standar satu untuk semua,” kata dr. Junivan.