Pertumbuhan Ekonomi Surabaya Tembus 5,24 Persen

SEKITARSURABAYA.COM, SURABAYA -- Kepala Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam (SDA) Kota Surabaya, Vykka Anggradevi Kusuma menyebut, pertumbuhan ekonomi Surabaya pada triwulan II/ 2025 mencapai 5,24 persen, berada di atas rata-rata provinsi dan nasional.
Pasar tradisional diklaimnya sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi tersebut. Artinya, kata dia, ketika dikelola dengan baik, pasar tidak hanya berfungsi sebagai pusat transaksi, tetapi juga menjadi penopang pertumbuhan ekonomi dan pembangunan.
"Ekonomi UMKM mikro itu penting karena mereka adalah fondasi kita untuk bagaimana Kota Surabaya ini bertumbuh ekonominya," ujarnya, Jumat (26/9/2025).
Ia menjelaskan, pengelolaan pasar tradisional terbagi menjadi dua. Sebagian berada di bawah naungan PD Pasar Surya, dan lainnya dikelola Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, dan Perdagangan (Dinkopumdag).
"Bagian Perekonomian itu sebagai pembina dari BUMD. Karena PD Pasar merupakan salah satu BUMD yang dimiliki oleh Pemkot Surabaya, maka PD Pasar Surya di bawah pembinaan kami,” kata Vykka.
Vykka mengungkapkan, saat ini ada sekitar 13 pasar tradisional yang dilakukan revitalisasi. Ia memastikan, revitalisasi akan terus dilakukan secara bertahap di tahun mendatang.
"Sampai sekarang ada 13 revitalisasi pasar, dan tahun depan bertahap kami lakukan revitalisasi. Pasar Keputran Selatan akan dibangun baru dan khusus untuk ayam supaya secara perekonomian bisa berputar di situ,” ucapnya.
Vykka mengungkapkan, revitalisasi ke depan juga menyasar pasar-pasar strategis, termasuk Pasar Blauran dan Pasar Tunjungan.
“Nanti konsepnya PD Pasar akan berubah jadi Perseroda. Jadi dia lebih seperti PT, bisa bekerja sama dengan investor, tidak hanya dengan penyertaan modal,” katanya.
Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, dan Perdagangan (Dinkopumdag) Kota Surabaya, Febrina Kusumawati, menjelaskan pihaknya saat ini mengelola 13 pasar tradisional. Di antaranya adalah Pasar Nambangan, Pasar Sememi, Pasar Gunung Anyar, hingga Pasar Dukuh Menanggal.
"Pasar tradisional yang dikelola Dinkopumdag ada 13 pasar. Selain itu, ada juga pasar tradisional yang dikelola oleh swasta maupun LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan)," kata Febri.
Untuk menghidupkan aktivitas pasar tradisional, Febri menyampaikan bahwa Dinkopumdag Surabaya juga rutin menggelar kegiatan kolaboratif.
“Termasuk ada kegiatan pasar murah yang kita selalu kolaborasi, kita gelar untuk menghidupkan situasi pasar,” tambahnya.
Febri menekankan tantangan terbesar pasar tradisional terletak pada kenyamanan pembeli. Makanya, fokus utamanya adalah bagaimana meningkatkan kenyamanan pembeli dan pedagang agar mereka betah di pasar.
"Jadi itu bagian dari tugas kami melakukan pendekatan-pendekatan komunikasi dengan para pedagang,” ucapnya.
Direktur Utama PD Pasar Surya Surabaya, Agus Priyo menyebut pihaknya mengelola 64 pasar aktif dengan sekitar 12.000 pedagang. Dari jumlah tersebut, 10-15 pasar dalam kondisi baik, sementara sekitar 20 pasar masih membutuhkan perhatian lebih.
"Pasar-pasar yang besar seperti Pasar Tambahrejo, Pasar Kapasan, Pasar Genteng, Pasar Wonokromo, itu perputaran ekonominya sudah sangat bagus. Yang perlu kami atensi adalah yang sedang-sedang saja, yang harus ditingkatkan lagi,” ujarnya.
Agus mengakui tantangan terbesar mengelola pasar tradisional saat ini adalah menciptakan kenyamanan pembeli di tengah gempuran ritel modern.
"Termasuk prasarana dan sarana itu harus betul-betul ditingkatkan,” ujarnya.
Maka dari itu, menurutnya revitalisasi menjadi langkah kunci. Ia pun menekankan pentingnya revitalisasi dan penataan pasar agar menjadi lebih nyaman.